Kerajaan Medang adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang pernah bediri selama 274 tahun, yaitu dari tahun 732 hingga 1006 Masehi, bukti kebesaran kerajaan Medang atau Mataram kuno dapat dilihat dari karya agungnya yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Selama 274 tahun, kerajaan Medang pernah beberapa kali memindahkan pusat pemerintahanya, oleh karena itu sejarawan pada umumnya membagi Kerajaan Medang menjadi dua periode, yaitu periode Jawa Tengah dan Periode Jawa Timur. Maksud periode Jawa tengah adalah ketika Kerajaan Medang beribukotkan di wilayah Jawa Tengah, sementara periode Jawa Timur maksudnya ketika Kerajaan Medang beribu kota di wilayah Jawa Timur.
Asal-Usul Nama Medang
Istilah Medang adalah sebutan resmi dari kerajaan yang terletak di wilayah Mataram (Kini Povinsi Yogyakata dan sebagian wilayah Provinsi Jawa Tengah) dan yang terletak diwilayah Jawa Timur.
Meskipun demikian keduanya mempunyai perbedaan, ketika kerajaan Medang beribukota di Mataram disebut dengan Kerajaan Medang Mataram, sementara ketika kerajaan Medang pindah ke Jawa Timur disebut dengan Medang Kemulan. Dinamakan Kemulan karena kerajaan Medang era ini dianggap sebagai Medang baru atau ka-mulaan, mengingat kerajaan Medang yang sebelumnya telah runtuh karena bencana.
Mengenai kata “Medang” sejarawan menduga bahwa kata tersebut berasal dari kata “Ma-Da-Hyang” yang mempunyai maksud "Ibu Agung/Lumbung Padi" atau juga bisa diartikan "Ibu Kotanya Pulau Jawa".
Pendirian Kerajaan Medang
Kerajaan Medang pada mulanya didirikan oleh Sanjaya yang ketika menjadi Raja bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Kabar ini tercatat dalam Prasati Mantyasih yang ditulis oleh Raja Dyah Belitung pada tahun 907 Masehi.
Sanjaya sendiri pernah mengeluarkan prasasti pada tahun 732 Masehi, prasasti itu kelak dikenal dengan nama Prasasti Canggal. Dalam Prasasti Canggal dijelaskan bahwa Sanjaya menjadi Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno selepas negara kacau sepeninggal Raja Sanna, sanjaya dikisahkan dapat menjadi Raja di bekas wilayah Kerajaan almarhum Raja Sanna.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Raja Sanna merupakan Raja dari Kerajaan Galuh, nama aslinya Bratasenawa, ia merupakan Raja ke III yang memerintah Galuh dari tahun 709 hingga 716 Masehi. Raja Sanna mangkat setelah dikudeta oleh Purbasora saudaranya sendiri. Memahami hal tersebut, maka apabila Prasasti Canggal digabungkan dengan kabar dari Naskah Carita Parahyangan maka dapat dimengerti bahwa dahulu wilayah Mataram dan sekitarnya merupakan bagian dari Kerajaan Galuh yang bepusat di Jawa barat.
Masih dalam Naskah Carita Parahyangan, disebutkan juga bahwa Sanjaya adalah Menantu dari Raja Sanna yang dikudeta, oleh karena itu selepas pristiwa Kudeta, Sanjaya mendirikan Kerajaan Mataram Kuno/Medang yang merdeka dari kerajaan Galuh yang kala itu diperintah oleh Prabusora.
Sanjaya sendiri pernah mengeluarkan prasasti pada tahun 732 Masehi, prasasti itu kelak dikenal dengan nama Prasasti Canggal. Dalam Prasasti Canggal dijelaskan bahwa Sanjaya menjadi Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno selepas negara kacau sepeninggal Raja Sanna, sanjaya dikisahkan dapat menjadi Raja di bekas wilayah Kerajaan almarhum Raja Sanna.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Raja Sanna merupakan Raja dari Kerajaan Galuh, nama aslinya Bratasenawa, ia merupakan Raja ke III yang memerintah Galuh dari tahun 709 hingga 716 Masehi. Raja Sanna mangkat setelah dikudeta oleh Purbasora saudaranya sendiri. Memahami hal tersebut, maka apabila Prasasti Canggal digabungkan dengan kabar dari Naskah Carita Parahyangan maka dapat dimengerti bahwa dahulu wilayah Mataram dan sekitarnya merupakan bagian dari Kerajaan Galuh yang bepusat di Jawa barat.
Masih dalam Naskah Carita Parahyangan, disebutkan juga bahwa Sanjaya adalah Menantu dari Raja Sanna yang dikudeta, oleh karena itu selepas pristiwa Kudeta, Sanjaya mendirikan Kerajaan Mataram Kuno/Medang yang merdeka dari kerajaan Galuh yang kala itu diperintah oleh Prabusora.
Ibu Kota Kerajaan Medang
Selama 274 tahun berdiri, Kerajaan Medang tercatat 7 kali berganti-ganti Ibu kota, tempat-tempat yang pernah menjadi Ibu Kota Medang adalah sebagai berikut:
Medang ketika baru didirikan oleh Raja Sanjaya beribukotakan di Bhumi Mataram, kini masuk daerah Kota Yogykarta.
- Medang ketika di Rajai oleh Rakai Pikatan beribukotakan di Mamati, sekarang masuk wilayah Magelang
- Medang di zaman Dyah Balitung beribukota di Poh Pitu, masih bagian Magelang
- Medang di zaman Dyah Wawa, pindah ke Bhumi Mataram lagi sebagaimana zaman Raja pertama.
- Medang di zaman Mpu Sindok beribukotakan di Tamwalang, sekarang wilayah Jombang
- Medang dizaman Mpu Sindok membangun Ibukota baru di Watugaluh, sekarang wilayah Jombang
- Medang di zaman Raja Dharmawangsa Teguh beribukotakan di Wwatan, sekarang bagian dari wilayah Madiun).
Memahami letak Ibu kota Kerajaan Medang yang pernah berubah-ubah, dapatlah dimengeti bahwa priode Jawa Timur baru dimulai selepas Medang diperintah oleh Mpu Sindok.
Kerajaan Medang Periode Jawa Timur
Mpu Sindok adalah Raja Medang Periode Jawa Timur (929), menurut pendapat yang paling masyhur, Mpu Sindok memindahkan Ibu Kota Kerajaan Medang dari wilayah Jawa Tengah dikarenakan letusan Gunung Merapi yang kala itu menghancurkan Bhumi Mataram.
Selain teori letusan Gunung Merapi, ada juga teori lain yang menyatakan bahwa perpindahan Ibu Kota Medang ke Jawa Timur adalah sebagai taktik dari Mpu Sindok untuk menghindari serangan Balasan yang dilancarkan Sriwijaya, mengingat pada saat Mpu Sindok menjadi menantu Raja Dyah Wawa Mpu Sendok pernah menghancukan tentara Kerajaan Sriwijaya yang kala itu bercokol di Desa Candirejo (Nganjuk/ Bagian Wilayah Raja Wura-Wuri-Sekutu Sriwijaya). Sehingga dengan demikian ketika tahta Medang jatuh ketangan Mpu Sindok, Ibu Kota Medang dipindahkan ke daerah timur Bhumi Mataram (Jawa Timur).
Pada masa Empu Sindok memerintah, Medang mengalami dua kali pergantian Ibu Kota, yaitu pertama di Tamwalang dan kemudian dipindahkan ke Watugaluh keduanya terletak diwilayah Jawa timur.
Sepeninggal Mpu Sindok, tepatnya ketika kerajaan Medang diperintah oleh Dharmawangsa Teguh (985-1006). Sriwijaya yang bersekutu dengan Kerajaan Galuh dan Raja Wura-wuri dari Lwaram, berusaha menaklukan Medang, sehingga Medang dibawah Raja Dharmawangsa mengadakan serentetan penaklukan dan membuat koloni di Bali dan Kalimantan Barat, melalui koloni-koloni itu Medang mencoba mendahului menaklukan Siwijaya, bersama koloninya Medang menggempur Palembang (Ibu Kota Sriwijaya), namun usaha tersebut menuai kegagalan.
Pada tahun 1006, Kerajaan Sriwijaya melakukan pembalasan, yakni menyerang dan menghancurkan Istana Watugaluh melalui Raja Wura-Wuri sekutunya, dalam serangan tersebut Raja Dharmawangsa terbunuh, serangan ini kemudian menutup riwayat kerajaan Medang untuk selama-lamanya. Meskipun demikian, kelak menantu dari Raja Dhamwangsa yang bernama Airlangga berhasil mendirikan kerajaan Kahuripan dan kelak juga membalaskan dendam mertuanya dengan menaklukan Raja Wura-Wuri dan mengusir Sriwijaya dari Jawa.
Sumber : https://www.bungfei.com
No comments:
Post a Comment